Best Situbondo Carnival (BSC)


Parade Busana Ala BSC ( Best Situbondo Carnival)




Setelah belajar cara beternak kelinci, kali ini sisca akan mengajak kalian menuju alun-alun kota Situbondo untuk menyaksikan sebuah pesta karnaval yang tidak biasa yaitu sebuah parade busana yang di kemas dalam event “Best Situbondo Carnival”. Event ini  diselenggarakan
tiap bulan oktober oleh pemkab Situbondo melalui dinas pariwisata (DISPARBUDPORA ) dan melibatkan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD ), tujuh belas kecamatan dan masyarakat umum. Peserta event kali ini hanya dibatasi sebanyak 140 peserta dengan memperebutkan hadiah uang senilai 25 juta dan para peserta wajib mengikuti “one day technical guidance” yaitu pelatihan tentang bagaimana cara make over karakter dan face painting. Untuk biaya pendaftaran sebesar 25 ribu dan 75 ribu biaya pelatihan dengan juara yang diperebutkan meliputi : The best Design, the best performance, the best costume materials, the most unique costume dan the most suitable costume. Event BSC ini adalah yang kedua kali digelar oleh pemkab Situbondo, event pertama tahun lalu diselenggarakan dengan tema “era kejayaan islam tempo dulu “ yang di ikuti 200 peserta dengan menampilkan kostum seperti pejuang badar, konsep ratu balqis, era nabi musa, nabii sulaiman, kejayaan islam cina, islam india dan lain-lain. Untuk tema event kali ini diselenggarakan dengan tema “asapok ombek” atau dalam bahasa madura yang artinya berselimut ombak dengan beberapa kategori kostum seperti perahu, ikan, jaring, batu karang, ratu segara dan sesaji. Penilaian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di GOR Baluran untuk penilaian “stage performance” dan di Alun-alun untuk penilaian “street performance”. Secara bergantian setiap peserta menampilkan koreografi sesuai dengan tema fashion yang dipakai di depan juri, selain itu peserta juga menampilkan narasi pendek hingga tampak memukau. Event ini sangat menarik, terbukti ribuan pengunjung memenuhi jalanan tempat event ini di selenggarakan terlihat juga para fotografer dan para pengunjung yang berebut mengabadikannya melalui kamera dan handphone. Untuk memeriahkan event ini tahun depan rencananya akan mengundang peserta dari luar untuk mengikuti event ini dan akan menjadikannya sebagai event rutin tahunan. Tujuan event ini yang utama adalah mengenalkan kebudayaan dari kabupaten Situbondo yang terkenal dengan sebutan kota santri dan warna kehidupan masyarakatnya yang dekat dengan laut yaitu sebagai nelayan. Smoga event ini bisa memajukan pariwisata Situbond.
Sebagai salah satu agenda acara akbar yang dimiliki kota kecil tercinta ini. Tahun ini BSC dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2015, bertema asapok ombhe’ ­atau berselimutkan ombak dengan beberapa kategori kostum seperti parao/ perahu, jhuko’/ ikan, Jhering/ Jaring, Ratu Sanggara, Sasandhing (apa bahasa indonesianya ya? :D). Mengambil tema yang dekat dan erat kaitannya dengan kondisi masyarakat Situbondo sebagai daerah pesisir. Hal itu cukup sukses memberikan hiburan bagi penonton di sepanjang jalan yang antusias melihat hingga acara berakhir.

Walaupun pada awalnya beberapa kalangan sedikit pesimis dari diadakannya event ini karena mereka menganggap tidak ada yang berbeda (ciri khas) dari event serupa milik kota tetangga yang sudah lebih dulu diadakan sejak beberapa tahun sebelumnya. Berpikir lebih bijak, konsep ini memang masih meniru, hal tersulit dari meniru adalah inovasi --memberikan dan memasukkan hal baru sebagai pembanding supaya lebih menarik--, lebih-lebih untuk sebuah karnaval yang bermain dalam “kostum” sebagai daya tarik utama –dimana jika dilihat secara sekilas semua kostum (bahkan juga di JFC) hampir terlihat sama karena dibuat dari bahan yang juga hampir serupa-. BSC untuk tahun ke2 yang bisa dibilang sangat “baru” sebagai sebuah event tahunan memang tidak mudah untuk memberikan sesuatu yang berbeda karena konsep dari pemikiran kita tentang sebuah karnaval akbar sudah terpatri sebelumnya dengan event sekelas JFC. Tapi bisa kita lihat jika acara BSC tahun ini sudah hampir menemukan jati diri yang khas yang sesuai dengan kota Situbondo itu sendiri mulai dari tema yang disesuaikan dengan kultur kita sebagai daerah pesisir hingga konsep desain kostum yang juga selaras dengan sentuhan berbalut laut. Beberapa kostum bahkan dibaut sangat kreatif dengan memanfaatkan bahan sisa hasil laut sejenis kerang yang didaur ulang. Jadi masihkah ragu dengan BSC ini? Mari berpikir lagi dan beri dukungan untuk kedepannya.
Pada akhirnya, kegiatan akbar ini memang masih baru dan cukup butuh waktu untuk menemukan “khas”nya sendiri namun jika acara tahunan ini tetap terlaksana hingga tahun-tahun selanjutnya, saya yakin acara ini tidak akan kalah menarik dengan event serupa yang lain dan akan mampu untuk menjadi salah satu daya tarik kota Situbondo dalam bidang pariwasata untuk menarik minat para pengunjung luar.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

aljabar

Tanah Merah

Kalkulus